LULUS (cerita perjalanan menjadi siswi SMPK Penabur Bekasi)
Tidak pernah gampang menjadi siswa Penabur. termasuk untuk ku dan Ia. seolah masa remaja kami tersita oleh belajar. kami betul-betul ditempa oleh Penabur. tempat belajar anak-anak cerdas. Apalah aku dan Ia yang pas-pasan baik secara materi maupun akademik. butuh kerjakeras untuk bisa mensejajarkan diri dengan siswa lain.
Awalnya Ia masuk ke Penabur Harapan Indah. dengan pola belajar yang masih disuruh-suruh, rangkuman ulangan disiapkan sekolah, patuh klo hanya diawasi...hasil ujian tengah semester pertama dikelas 7 jatuh. Ia punya 3 nilai merah dibawah kkm. padahal untuk naik kelas max hanya dua yang ditoleransi. hal itu terus berlanjut pada nilai rapot semester 1 dan nilai uts kedua. Aku sudah menyiapkan hati Ia mengenai kemungkinan tidak naik kelas. Penabur ketat mengatur hal ini. tidak ada cerita naik terbang (naik tapi harus pindah). aku pernah membujuknya untuk pindah sekolah. tapi Ia keukuh untuk berjuang sampai pada titik darah. Ia mengimani kekuatannya. karena katanya, keraguan sebiji sesawi dapat memindahkan gunung. Aku pasrah.
Ada hal lain yang mencuri perhatian ku. Pola belajarnya berubah, Ia lebih dewasa - Ia partner diskusi yang asik dan secara spiritual Ia lebih dekat dengan Tuhan. bagaimana mungkin lingkungan kristiani dapat memperbaiki shalat dan ngajinya ? rupanya lingkungan guru dan teman-teman mempengaruhinya. semua orang menerima Ia dangan baik. mengabaikan warna kulit, agama dan strata sosial Ia.
Menjelang ujian kenaikan kelas 7, aku stres. Ia terlihat tenang. Alhamdullilah, Tia naik kelas tanpa satupun nilai merah dirapotnya.
Kelas 8, Aku memindahkannya ke Penabur Summarecon. yang lebih dekat rumah. Ia sedih harus berpisah dengan dunianya. tapi Ia manut. kelas 8, belajarnya sudah Penabur baget. Belajar hingga larut malam. ga jarang ku liat tertelungkup dimeja belajarnya masih pakai seragam sekolah dijam 1-2 pagi. klo dibangunin bukannya pindah ketempat tidur, Ia akan lanjutin belajar. Penabur memang gila dengan ulangan harian dan tugas. dengan cara seperti itu ketekunandn daya juang siswa terlatih. Dikelas 8 ini, aku tau Ia menguasai matematika dengan baik (didukung Kumon) dan dapat menghafal dengan cepat. nilai agamanya selalu tinggi. agama kristen.
Kelas 9 Ia sudah enjoy dengan kultur Penabur, lingkungan dan teman-temannya yang santun dan saling melayani. Ia lebih suka di kamar dibandingkan kongkow diluar rumah. sesekali Ia ke mall membunuh jenuh atau mengundang temannya menginap di rumah. pada tahap ini, Ia mulai mengambil tanggung jawab sebagai kakak di rumah. memeriksa PR adik-adiknya, menasehati hingga memarahinya. Ia parter ku dalam banyak hal. Ia yang patuh, lucu, cerdas membuat ku bisa sedikit demisedikit menaruh kepercayaan.
Walau Ia tidak menerima piala penghargaan akademik dihari kelulusannya, Ia tetap juara di hati ku. yang penting kk ia bisa mengikuti pelajaran di sekolah, aku sudah bersyukur. aku bangga dengan proses yang ia lewati. karena tidak pernah ada hasil yang mengkhianati usaha.
Awalnya Ia masuk ke Penabur Harapan Indah. dengan pola belajar yang masih disuruh-suruh, rangkuman ulangan disiapkan sekolah, patuh klo hanya diawasi...hasil ujian tengah semester pertama dikelas 7 jatuh. Ia punya 3 nilai merah dibawah kkm. padahal untuk naik kelas max hanya dua yang ditoleransi. hal itu terus berlanjut pada nilai rapot semester 1 dan nilai uts kedua. Aku sudah menyiapkan hati Ia mengenai kemungkinan tidak naik kelas. Penabur ketat mengatur hal ini. tidak ada cerita naik terbang (naik tapi harus pindah). aku pernah membujuknya untuk pindah sekolah. tapi Ia keukuh untuk berjuang sampai pada titik darah. Ia mengimani kekuatannya. karena katanya, keraguan sebiji sesawi dapat memindahkan gunung. Aku pasrah.
Ada hal lain yang mencuri perhatian ku. Pola belajarnya berubah, Ia lebih dewasa - Ia partner diskusi yang asik dan secara spiritual Ia lebih dekat dengan Tuhan. bagaimana mungkin lingkungan kristiani dapat memperbaiki shalat dan ngajinya ? rupanya lingkungan guru dan teman-teman mempengaruhinya. semua orang menerima Ia dangan baik. mengabaikan warna kulit, agama dan strata sosial Ia.
Menjelang ujian kenaikan kelas 7, aku stres. Ia terlihat tenang. Alhamdullilah, Tia naik kelas tanpa satupun nilai merah dirapotnya.
Kelas 8, Aku memindahkannya ke Penabur Summarecon. yang lebih dekat rumah. Ia sedih harus berpisah dengan dunianya. tapi Ia manut. kelas 8, belajarnya sudah Penabur baget. Belajar hingga larut malam. ga jarang ku liat tertelungkup dimeja belajarnya masih pakai seragam sekolah dijam 1-2 pagi. klo dibangunin bukannya pindah ketempat tidur, Ia akan lanjutin belajar. Penabur memang gila dengan ulangan harian dan tugas. dengan cara seperti itu ketekunandn daya juang siswa terlatih. Dikelas 8 ini, aku tau Ia menguasai matematika dengan baik (didukung Kumon) dan dapat menghafal dengan cepat. nilai agamanya selalu tinggi. agama kristen.
Kelas 9 Ia sudah enjoy dengan kultur Penabur, lingkungan dan teman-temannya yang santun dan saling melayani. Ia lebih suka di kamar dibandingkan kongkow diluar rumah. sesekali Ia ke mall membunuh jenuh atau mengundang temannya menginap di rumah. pada tahap ini, Ia mulai mengambil tanggung jawab sebagai kakak di rumah. memeriksa PR adik-adiknya, menasehati hingga memarahinya. Ia parter ku dalam banyak hal. Ia yang patuh, lucu, cerdas membuat ku bisa sedikit demisedikit menaruh kepercayaan.
Walau Ia tidak menerima piala penghargaan akademik dihari kelulusannya, Ia tetap juara di hati ku. yang penting kk ia bisa mengikuti pelajaran di sekolah, aku sudah bersyukur. aku bangga dengan proses yang ia lewati. karena tidak pernah ada hasil yang mengkhianati usaha.
Posting Komentar untuk "LULUS (cerita perjalanan menjadi siswi SMPK Penabur Bekasi)"