GABUSWETAN
Gabus Wetan adalah sebuah desa kecamatan di Indramayu. Mama ku berasal dari desa ini.
Sampai Sekolah Dasar aku tumbuh dan belajar disini. Aku fasih berbahasa Indramayu. bahasa ini yang menjadi bahasa pengantar di nomor 1 keluarga kami,
Mayoritas Penduduk Gabus Wetan bekerja sebagai Petani dan pedagang. Sebagian merantau ke Luar Kota hingga Keluar Negri. Baik bekerja sebagai Buruh Kasar atau Pekerja sex komersil. Belum banyak penduduk Gabus Wetan yang bekerja dengan intelektual dan skill yang mumpuni. Semoga kelak, akan banyak anak-anak Gabus yang bisa sekolah tinggi agar dapat memotong mata rantai kemiskinan dan kembali ke desa untuk membangun dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya agar Masyarakat Gabus lebih sejahera.
Gabus Wetan berada di Pesisir Utara Jawa Barat. khususnya di Desa Kami, Sawah-sawah sebagian besar adalah sawah tadah hujan, yang hanya dapat panen setahun sekali dengan potensi gagal panen yang tinggi. Mungkin, himpitan kehidupan yang menjadi awal tumbuh suburnya bisnis prostitusi hingga Indramayu dikenal sebagai Kotanya Pelacur. Keinginan untuk hidup layak secara instan tanpa harus memeras tenaga memberi banyak dampak negatif pada banyak sektor kehidupan sosial.
di Indramayu, Memiliki Anak Perempuan dianggap berkah dibandingkan memiliki anak Laki-laki. berkah dalam sudut pandang komoditas materi. diakui atau tidak, orang tua adalah pelaku utama dalam terjadinya perdagangan manusia, pernikahan dini dan prostitusi. Para orang tua, walau tidak semua seperti itu. secara sadar dan menikmati hal semacam ini terjadi secara turun temurun. Maka, kawin cerai, pelacuran, jadi Simpanan, punya anak diluar nikah, mati karena HIV/AIDS merupakan hal yang yang lumrah. Laki-laki juga tidak diajarkan betul menjadi pemimpin. etos kerja yang rendah, urusan kesetiaan yang buruk dan pergaulan yang tidak karuan membuat perempuan mengambil peran laki-laki. Bisa dibilang, laki-laki tidak bekerja, tidak mengurus anak, tidak mau tahu pekerjaan rumah, ringan tangan, tidak memberi nafkah, mabuk, judi dan main perempuan adalah hal biasa yang termaafkan.
Sanimpen adalah nenek ku, ibu dari Mama ku. Perempuan yang tidak pernah sekolah yang merawat ku hingga Lulus SD. Emak, demikian aku memanggilnya. adalah orang yang menanamkan segala nilai baik tentang hidup yang dia pahami. diluar rumah, aku menyaksikan banyak drama kehidupan miris yang berlawanan dengan nilai yang ditanamkan emak. darisana logika, nalar dan empati ku tDi Gabus Wetan, Aku dibesarkan. setelah Papa dan Mama ku berpisah. erasah. Aku melewatkan masa kecil ku dengan sekolah hinga zuhur, kemudian lanjut Madrasah (dari jam 14-16.30), mengaji (18.30- 19.30), belajar dan bermain. bermain dimana saja. dirumah teman, di sawah, di sungai, main sepeda...teman-teman membantu ku melupakan kesedihan akan rindu ku pada Mama yang sedang mencari nafkah halal di Jakarta. Kemudian, saat aku melanjutkan sekolah di Jakarta dibawah pengasuhan Mama ku, Aku melarikan semua tanya pada buku. Sejak kecil aku sudah suka membaca. bahkan sebelum aku di pindahkan ke Gabus Wetan. di Gabus aku membaca buku apasaja di Perpustakaan sekolah yang penuh debu, meminjam buku dan majalah milik Fitri, Tika atau Tuti.
Fitri adalah Putri dari dr Rachsaputra- Dokter di Gabus Wetan. yang beristri seorang Bidan yang cantik. Fitri lebih beruntung dari aku secara materi. Fitri memiliki banyak buku bacaan dan berlangganan majalah bobo. Fitri baik sekali. Fitri bersedia meminjamkannya untuk ku secara cuma-cuma. beberapa hari sekali aku kerumahnya untuk meminjam dan mengembalikan buku. Fitri yang cantik dan baik itu, ku dengar sekarang dia tinggal di Bengkulu. Kehidupan beruntung Fitri, membuat ku memiliki tekad kuat untuk terus belajar. tujuannya sederhana, agar aku bisa jadi Dokter. agar bisa beli banyak buku :) Tika adalah anak seorang Tentara, rumahnya tidak jauh dari rumah ku. jika dirunut, kami masih terhitung saudara. Tika saat ini seorang Sarjana Hukum yang bekerja di PN Indramayu. sedangkan Tuti adalah Kakak kelas ku. rumahnya di dekat Bank BRI. di sini, aku bertemu orang-orang hebat. hebat dalam memperjuangkan hidupnya, terlepas dari penilaian benar atau salah.
Gabus Wetan adalah rumah ku. rumah kami. kemanapun kami melangkah, sejauh apapun itu...kami akan kembali. setidaknya, aku pulang 3 kali dalam setahun. selain bertemu sanak saudara, makam emak adalah tujuan ku. tempat nyaman untuk ku memanjatkan doa dan bercerita adalah makam emak yang dikelilingi area persawahan hijau.
Saat ini, Di Gabus Wetan sudah terdapat sekolah dari jenjang TK hingga SMA/K. selain milik pemerintah, di Gabus telah ada Sekolah Dasar Islam Terpadu bernama Al Janah.
Wisata Kuliner di Gabus Wetan, ada Rumbah (sejenis pecel; sayuran yang disiram sambal kacang) biasanya dimakan dengan lontong / nasi dan gorengan, aneka bubur, kue poci, nagasari, Ada Mie Ayam Wak Atam di Pasar Gabus Wetan dan ada Rumah Makan Malindo ke arah Saradan yang khas dengan makanan rumahan dan cita rasa bakar.
Jika dari arah Jakarta, akses masuk Gabus Wetan paling dekat bisa ditempuh dari Karang Sinom. baik menggunakan bus, mobil pribadi maupun sepeda motor. Belum terdapat hotel di Gabus Wetan. Pasar Gabus Wetan ramai sejak pukul 2 dini hari hingga pagi, kebutuhan sehari-hari dijajakan disini. Jika ingin membeli kebutuhan lainnya, biasanya masyarakat mengunjungi pasar kaget setiap Rabu malam hingga kamis pagi. saat itu, Desa kami ramai sekali oleh pedagang kaki lima yang berasal dari daerah lain. Pasar malam (SarLem) ada tiap bulan Ramadhan hingga menjelang Lebaran. biasanya di Lapangan Karang Anyar. isinya seperti arena permainan anak dan penjual kebutuhan hari raya.
Sebagai desa Kecamatan, Gabus Wetan memiliki fasilitas umum yang cukup lengkap. Mulai Puskesmas, Koramil, Polsek, Penggadaian, Bank BRI, Kantor Pos, Pom bensin, Kolam Renang Tiga Bitang Firdaus, Pantai paling dekat dari desa adalah Pantai Eretan, gerai Indomaret dan Alfamaret hingga Prostitusi Gabus ada disini.
Rindu Pulang
030716
Mau pulang kampung lebaran thn ini?
BalasHapusRumbah...sejenis pecel, nikmat rasanya..
Bikin ketagihan..mau lg!! Hehehe..
Aku suka rumbah
BalasHapus